“Tuhan menjadikan segala
sesuatunya indah pada waktunya.”
Mungkin
ayat yg terkenal ini yang cocok untuk menjadi ayat bulan ini, khususnya bagiku
yang merasakan secara langsung penyertaan Tuhan di bulan ini, di tahun ini, di
umur yg baru ini.
Sudah
lama aku tidak pernah merasakan perayaan ulangtahun diri sendiri. Selama ini
aku selalu menghadiri perayaan ulangtahun orang lain. Apa yang dulu menjadi
tradisi dalam keluargaku sejak kecil hilang setelah kedua orangtua tersayang “pindah
rumah” ke surga. Perayaan yang terakhir adalah merayakan ulangtahun alm abangku
di bulan Juli tahun 2008. Dan sekaligus merupakan perayaan ulangtahun yang
terakhir baginya.
“Make
a wish..” inilah kata-kata wajib yang selalu menyertai tiap momen bersejarah
ini. Dan tanpa sadar sudah berkali-kali ulangtahun aku mengucapkan permohonan,
doa yang itu-itu aja. Dan lebih parahnya adalah saat setiap hari H nya belum
terjawab juga. Setahun make a wish, tp hasilnya tetap sama.
Tiap
tahun selalu berharap, selalu sensitif apalagi jika orang yg diharapkan
melupakan hari yang bersejarah buatku ini. Alhasil, ulangtahun selalu menjadi
momen paling sedih dan sepertinya tidak pernah berujung bahagia.
Sempat
aku tidak memperdulikan hari bersejarahku ini.Kupikir aku akan semakin
baik-baik saja, tapi ternyata tetap saja tidak ada bedanya. Buntut-buntutnya,
hanya menitikkan airmata saat hari akan berakhir, merasakan kepedihan atas doa
yang belum terjawab juga.
Sahabatku
selalu mengingatkanku,”Count your blessing.” Hitung berkatmu. Jangan hitung
kepedihanmu. Dan daripada menyakiti diri sendiri, lebih baik mengucap syukur.
Saat itu hati berontak, bagaimana aku bersyukur disaat semuanya mengecewakan?
Apakah aku akan berakhir malu seperti ini?
Namun “suara” itu menghiburku dan
menuntunku untuk melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah kulakukan selama
bertahun-tahun sebelumnya. Setelah aku bergumul dan memastikan, akhirnya
kusampaikan kepada keluarga untuk rencanaku mengadakan ucapan syukur pada hari
ulangtahunku. Kebetulan karna jatuh hari sabtu, yang dimana aku yakin menjadi
hari yang tepat. Tidak putus-putusnya aku berdoa. Aku tidak meminta undangan
banyak-banyak. Yang kubutuhkan ketulusan dari teman-temanku. Maka aku hanya
mengundang yang bagiku selama ini sudah memberikan dukungan doa dan semangat.
Dan sungguh aku bersyukur, karna saat aku “terpaksa” memilih teman-teman yg
akan kuundang, ternyata sungguh sulit sekali karna banyak sekali. Sebenarnya
aku ingin mengundang mereka semua, tp karna keterbatasan segalanya, maka aku
hanya memilih orang-orang yang aku merasakan kedekatan secara emosional. Dan
bagiku mungkin lebih mudah menjaring teman saat kita bahagia daripada saat
kedukaan. Jadi aku sangat optimis bahwa semua temanku yang berjumlah 10 orang
akan hadir semua.
Ternyata
harapan tidak sesuai kenyataan. Beberapa yang aku mengira selama ini dekat,
ternyata tidak datang bahkan tidak mengucapkan sama sekali entah apa alasannya.
Ternyata walaupun akan berpesta, aku masih harus menangis untuk beberapa kali.
Sempat ingin mundur, tapi kakak terkasih menyemangatiku, sahabat-sahabatku juga
mengatakan,”Mau berapapun yg hadir, yang penting Tuhan Yesus hadir.” Akhirnya
semua dapat terjadi oleh anugrahNya.
Terkadang
hal kecil yang terjadi dipandang manusia sebagai suatu penghalang, namun dirobah
oleh Tuhan sebagai jalan untuk menggenapi rencanaNya. Apa yang aku alami pada
malam itu sungguh-sungguh oleh kebaikanNya. Dari hal terkecil hingga yg besar
DIA perhatikan.
Teman
yang awalnya batal untuk datang tiba-tiba hadir. Ada 3 orang yang tidak dapat
datang, 3 orang pula yang tidak diundang tiba-tiba hadir. Salah satunya teman
dekatku dulu saat pelayanan di gereja saat masih kuliah. Kurang lebih 10thn aku
tidak pernah bertemu dengannya. Dan ajaibnya saat itu, salah satu teman yang
kuundang bertemu dengannya. Dia bertanya kabar tentang diriku dan temanku
langsung mengajaknya tentu dengan seizinku. Sungguh mengejutkan, tapi aku
bahagia karna akhirnya semua temanku lengkap hadir bersama denganku.
Doa
dan harapanku dapat melewatkan hari berbahagia ini bersama orang spesial, tapi
ternyata Tuhan memberikanku banyak sekali orang spesial. Maka saat acara ibadah
berakhir, aku sampai tidak dapat berkata apa-apa. Sampai malamnyapun aku tidak
bisa mengucapkan apa-apa selain,”Terima kasih Tuhan..” berulang-ulang. Sungguh
Tuhan sudah menggantikan dukaku dengan sukacita yang berlimpah. Malam itu aku
merasa menjadi orang yang paling berbahagia sekali. Rasanya aku ingin waktu
berhenti dan tak pernah bergerak. Dan bagiku saat itu adalah saat paling
sempurnaku.
Mendengar
refleksi temanku terkasih sungguh menguatkan dan menghibur. Yang diambil dari
akronim namaku, sungguh sangat unik. Belum lagi saat seharusnya tidak ada acara
peniupan lilin, karna kami tidak menyiapkan kue, tapi Tuhan mengirim salah
seorang temanku membawa kue. Walau itu adalah bolu gulung, tapi akhirnya
menjadi acara tiup lilin yang paling menyenangkan.
Temanku
terkasih mengutip dari buku karangan Paulo Coelho, Di tepi sungai piedra aku
duduk dan menangis, yang berkata :
“Betapa
malangnya orang yang takut mengambil risiko. Mungkin orang ini takkan pernah
kecewa; mungkin ia takkan menderita layaknya orang yang mengejar impiannya.
Namun ketika orang ini menoleh (dan pada satu titik dalam hidupnya, setiap
mnusia pasti akan menoleh kebelakang)ia akan mendengar hatinya berkat,”Apa yang
kau lakukan dengan semua mukjizat yang Tuhan berikan dalam hidupmu? Apa yang
kau lakukan dengan semua karunia yang Tuhan limpahkan padamu? Ah, betapa
malangnya orang-orang yang haus menyadari hal ini. Karena ketika mereka
akhirnya percaya pada mukjizat, saat-saat magis dalam hidup mereka telah
berlalu.”
Terima
kasih Tuhanku, Bapaku, Allahku Yesus..untuk anugrahMu atas teman-teman yang Kau
brikan padaku. 35thn bukan sesuatu yang memalukan, karna aku percaya Tuhan
selalu berada disisiku menuntun masa depanku yang cerah dan penuh harapan dan
damai sejahtera. Terpujilah Engkau. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar