Senin, 20 September 2010

TERLALU BAIK… ATAU TERLALU BODOH….??


Hari ini agak berbeda. Mungkin Tuhan sedang menguji kekuatan hatiku, menguji kesabaranku, menguji kepercayaanku. Tapi yang pasti hari ini aku sangat merasakan kepenatan yang makin lama menyesakkan dada. Sebenarnya sederhana saja, semua orang selalu ingin dihargai, semua orang selalu ingin dimengerti, tapi nyatanya apa yang kudapat khususnya hari ini adalah..”Tolong ini dong..”,”Tolong itu dong..”.Emang ada kata-kata ‘Tolong’ yang disebutkan. Dan kalau dilihat artinya jika orang menyebutkan kata-kata ‘Tolong’ artinya orang tersebut butuh bantuan, memerlukan pertolongan yang dia sendiri tidak mampu mengerjakan. Tapi yang terjadi disini adalah, sebuah kata’ Tolong’ yang  berarti menyuruh, memerintah secara halus, secara sopan. Aku tidak pernah keberatan memberikan pertolongan pada siapapun yang memerlukannya. Selama aku bisa melakukannya,’Why Not?’ Namun terkadang pertolongan yang diminta terlalu sepele, seperti mengambil kertas yang di print padahal sebenarnya orang tersebut sanggup untuk mengambil sendiri, padahal orang itu sedang tidak ngapa-ngapain. Atau minta tolong padaku mengirim faksimil ke beberapa tempat dengan alasan konyol,”Gak tahu caranya kirim fax.” Mbok ya belajar kalau gak bisa, kok malah dengan bangga bilang,”Gak tau caranya.” Hari geneee tidak tahu cara menggunakan mesin faks..??Ckckckck..dashyat!! Tapi entah apakah hanya berlaku di Indonesia, ataukah ini adalah mentalnya orang Indonesia pada umumnya yang jika ditolong sekali malah ketagihan seperti narkoba. Bukannya malu, tapi malah keenakan,dan pura-pura bego sambil bilang, ”Lha kemarin kan kamu bisa tolong saya, apa salahnya lagi?” Atau,”Yah..daripada kamu gak ada kerjaan mending tolongin saya.” Nah inilah saudara-saudara, orang yang memberikan pertolongan cenderung dianggap karena gak ada kerjaan. Padahal klo aku pribadi, kadang karna aku pas bisa dan benar-benar urgent aku akan turun tangan, tapi bukan berarti bisa seenaknya untuk seterusnya, apalagi tanpa melihat situasi dan keadaan yang sedang aku alami, asal bicara tanpa dosa…wuihh!!!

Klo mau diikutin yang namanya makhluk bertanduk, mungkin kepalaku udah membubung sampai ke atap saking mendidihnya melihat manusia seperti itu. Hari ini saja aku sudah beberapa kali berusaha meredam amarah, emosi terhadap orang-orang yang “sangat mengasihiku” .  Itulah kenapa aku sangat menyukai cara orang bule istilahnya atau wong londo katanya. Walau aku hanya pernah enam bulan tinggal di Perancis, negara yang nasionalismenya tinggi, aku melihat cara mereka sangat jujur, tidak bertopeng seperti disini. Aku sangat tertegun saat aku sedang berjalan di tepi jalan di tengah kota entah kenapa aku terpeleset (mungkin saking terpesona dengan keindahan bangunannya yang kokoh)dan diantara orang-orang yang sedang lewat atau berjalan, ada seorang lelaki yang dengan cepat mendatangiku dan bertanya,”Qu’est-ce qu’il y a,mademoiselle?Ca va? ” (Ada apa nona? Tidak apa-apakah?) kenapa aku tertegun? Karena sejak dari Indonesia sudah ditanamkan jika orang bule itu individualismenya tinggi, seakan-akan artinya masa bodoh. Tapi ternyata tidak sama sekali. Memang mereka tidak pernah mau mencampuri urusan orang lain, tapi saat ada yang benar-benar butuh bantuan mereka tuh cepat menanggapi! Justru di Indonesia khususnya yang memiliki individualisme yang tinggi. Bagaimana tidak, aku pernah melihat ada ibu-ibu hamil jatuh atau naik trans jakarta berdiri tapi semua mata yang duduk cuek banget, masa bodoh..pasti mereka berpikiran sama,”Ah..biar cowok/cewek yang disana itu aja yang beri pertolongan.” Atau,”Aku pura-pura tidur saja,” atau meyakinkan diri “Aku tidak melihat..” padahal katanya Indonesia itu umat beragama, coba bandingkan dengan Perancis yang penduduknya atheis tapi justru bisa memberikan contoh Kasih seperti yang diajarkan Tuhan.

So..kembali lagi ke masalah tolong menolong. Perlu ditanya lagi dalam hati kita, jika kita memberikan pertolongan apakah karena kita terlalu baik? Atau terlalu bodoh?
Sepanjang hari ini hingga saat ini aku berdoa meminta agar aku dijauhkan dari segala amarah dan emosi yang ditimbulkan oleh orang-orang sekitarku terutama dengan rekan-rekan kantorku. Aku tidak minta menjadi paling hebat, paling benar, paling pintar, tapi aku hanya minta pada Tuhan agar tidak direndahkan walaupun posisiku nyaris tak bernama, aku masih mempunyai hati dan perasaan. Biarpun pekerjaanku mungkin tidak bernama atau yang disebut istilah dikantorku,”Kerjaan Monyet.” Artinya gak penting banget pekerjaannya, tapi aku harus kerjakan karena kalau bukan aku siapa lagi donk?
Tolong bantu aku, jangan jadikan aku selalu bertanya,”Apakah selama ini aku membantu karena terlalu baik atau terlalu bodoh?” Karena pada dasarnya aku tulus menolong.

Akhir cerita, seperti yang dikatakan dalam Alkitab,”Kesusahan sehari cukuplah sehari..” maka aku menutup hari ini dengan kesusahannya sendiri. Walau apapun keadaanku saat ini, aku tetap bersyukur atas semuanya, aku bersyukur untuk teman-temanku yang walaupun sebagian besar memiliki mental nge-bossy, tapi ada juga sebagian yang mengerti dan bisa diajak kerjasama, Tuhan memang adil. Untuki itu jika ada yang membaca tulisan ini dan tersinggung, maafkan..karena aku tidak bisa membohongi isi hatiku apalagi untuk menulis. Kita orang Indonesia sangat lucu, ada sebagian dari kita yang suka meniru cara-cara hidup orang bule, tapi yang negatifnya. Yang positifnya mungkin bisa dihitung dengan jari. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Orang yang apa adanya tidak akan pernah menahan duri dalam dagingnya dan tidak pernah menanam dendam dalam hatinya. Jika kita tidak bisa jujur dalam berkata-kata, tidak ada gunanya kita menulis. Semua hanya kepalsuan layaknya kehidupan kita juga adalah kepalsuan belaka.


Habis keramas sambil mendengarkan alunan Saxophone Alm.Embong Rahardjo dalam lagu “Ku Tak akan Menyerah.”

Sabtu, 18 September 2010

Aku dan masa kecilku


Pagi pukul enam tiga puluh tiga tahun yang lalu di awal bulan Mei yang cerah, lahirlah aku ke dunia ini. Bayi perempuan yang didambakan sejak lama, setelah hadirnya tiga pangeran munculah sang puteri. Diberi nama Desiree sesuai artinya yang dalam bahasa Perancis, keinginan atau yang diinginkan. Kedatanganku ke dunia ini membawakan sukacita dalam keluargaku saat itu (begitulah mereka menceritakannya padaku). Akhirnya aku tumbuh menjadi anak yang manja dan dimanjakan oleh kedua orangtuaku terlebih papaku.

Tiap papaku pulang kantor beliau selalu membawakan snack yang selalu dibagikan di kantornya setiap pagi. Dan rupanya papaku rela tidak memakan snack tersebut demi menyimpankannya untukku. Jika aku belum pulang dari sekolah (saat itu aku duduk di bangku SD dan sekolah siang) dia akan menyimpan kue-kue tersebut dalam lemari bukunya dan menguncinya! Sehingga tidak ada seorangpun yang bisa mengambil tanpa sepengetahuannya termasuk istrinya yang tak lain mamaku. Dan saat aku sudah memasuki gang depan rumah (dulu aku ikut mobil jemputan atau naik becak) aku melihat papa sudah menanti di depan rumah dengan setelan kaos kutang dan celana pendek putihnya. Alamaakk!! Entah kenapa aku malu saat dia menyambutku menolongku turun lalu dia mencium pipiku didepan teman-temanku yang sudah menyorakiku,"manja..manja" ada juga yang hanya memandangi kami. Tapi papa tidak peduli walau orang yang lewatpun senyum-senyum melihat kami. Lalu saat masuk ke dalam, dengan bangga papa mempersembahkan kue yang disimpannya. Terkadang sebenarnya aku tidak terlalu suka menu kue saat itu, tapi aku terima saja. Setelah itu ketiga abangku langsung membujukku untuk membagikan kueku untuk mereka.

Bukan hanya di rumah saja papa memanjakanku, juga di sekolah. Aku adalah murid paling lama yang ditinggalkan orangtuanya. Aku sangat takut sekali saat masuk sekolah, dan tak henti-hentinya aku melihat keluar apakah mamaku atau papaku masih ada diluar? Padahal teman-temanku yang lain hanya diantar dan ditinggal lalu dijemput sorenya. Tapi aku sama sekali tidak mau ditinggal, dan akhirnya dari senin sampai jumat mamaku yang menungguiku, saat aku istirahat beliau ada menungguku dengan bekal makananku sehingga aku tidak usah jajan. Mamaku adalah seorang guru bahasa Inggris di SMEA. Sering aku bertanya bagaimana mama bisa mengatur jadwal mengajarnya dengan menungguiku di sekolah? Karena tiap aku istirahat atau pulang mama selalu ada. Aku rasa mama dan guruku bekerjasama membohongiku. Karena pernah aku keluar ke toilet dan aku tidak mendapati mama diluar, ibu guruku hanya mengatakan, "Desiree, mama sedang ke pasar sebentar ya.." begitulah setiap hari. Dan jika hari sabtu papaku yang menungguiku. Dengan sabarnya dia menungguiku sambil membaca buku.

Tidak heran teman-temanku yang laki-laki di kelas selalu mengerjaiku, karena mereka tahu aku anak manja. Dan jika aku diganggu, langsung malamnya aku melapor pada papaku dan besoknya papaku langsung menghampiri teman yang menggangguku,"Jangan ganggu putri saya ya.." dan temanku bukannya kapok tapi malah tambah menggodaku. Tapi sejak aku ikut mobil jemputan, aku tidak takut ditinggal lagi, aku bisa bergaul dengan teman-teman yang lain. Makin lama aku makin berani.
Aku punya sahabat. Kami duduk sebangku, main bersama, makan bersama. Namanya Emiria, rambutnya yang panjang selalu dikepang satu, dia sangat baik dan pemalu, mungkin karena dia tidak bisa menyebutkan huruf R sehingga teman-teman sering menggodanya,"Cadel..cadel..". Dia adalah sahabatku sejak di bangku kelas 1 sampai 6. Kami diharuskan membawa botol air minum masing-masing. Dan pernah saat aku sedang ingin minum, ada teman pria yang tidak sengaja menyenggolku sehingga isi botol air minumku tumpah semua. Bukannya minta maaf, dia malah pergi begitu saja. Lalu datang Emiria membagi air minumnya denganku, dengan tenang dia menuangkan setengah dari miliknya. Sejak saat itu aku memutuskan dia sahabatku.

Saat aku duduk di kelas 3, aku dikursuskan Electone/Organ di Kampung Melayu tiap hari Sabtu jam 8 pagi. Guruku yang pertama tak pernah kulupa Kak Ferina namanya, masih sangat muda mengatakan pada papaku aku sangat berbakat, cepat menangkap pelajaran. Aku ingat hari itu papaku pulang dengan wajah bersinar, lalu membawaku jalan-jalan ke Gramedia, aku diperbolehkan membeli komik Nina, komik terjemahan dari Belanda yang berisi cerita tentang gadis remaja dan masalahnya, ukurannya besar, tipis dan bergambar. Aku sangat senang sekali. Dulu harganya Rp. 1500,- lumayan mahal untuk kantong kami saat itu. Maka papaku hanya bisa menghadiahkan komik itu jika aku Ulang Tahun atau terima raport saja. Dan mungkin hari pertamaku kursus ini adalah hari spesial baginya, karena dia punya impian agar aku menjadi seorang musisi dan ahli bahasa. Namun aku memang menyukai musik, jadi tidak masalah bagiku untuk mengikuti pelajaran yang diberikan.

Belum lama aku diasuh Kak Ferina, aku harus ganti guru entah kenapa, dengan Kak Leslie namanya. Beda dengan Kak Ferina, Kak Leslie ini jauh lebih tua, sudah menikah dan punya anak 1 laki-laki. Aku sangat menyukainya, dengan rambut ikalnya besar-besar sebahu dia sangat cantik yang ditambah dengan make up sehingga tambah cantik saja, lalu badannya seksi, pakaiannya bagus-bagus, dia suka memakai gelang dan kalung emas (tidak tahu beneran/gak)dan parfumnya wangi sekali. Aku melihatnya seperti artis saja. Tapi aku bangga mengatakan,"Itu guruku.." Pernah suatu sabtu, abang-abangku sangat penasaran ingin melihat yang namanya Kak Leslie. Ketiga abangku dan temannya satu orang, mengantarku kursus. Bisa dibayangkan betapa groginya Kak Leslie diperhatikan empat laki-laki..!! hahahahahaha..

Kak Leslie sangat ramah dan sabar mengajari kami semua. Dan berkat beliau juga yang merekomendasikan aku untuk mengikuti konser yang diadakan sekolah musik tersebut. Aku sangat senang sekali. Bayangkan, tampil di konser? Papaku sangat bangga sekali saat tahu aku diikutkan dalam konser yang ditonton banyak orang. Tapi sayang sebelum aku maju konser lagi-lagi aku ganti guru. Namanya Angel, cantik juga tapi penampilannya lebih polos jauh beda dengan Kak Leslie. Tapi aku kurang menyukainya karena Kak Angel sangat keras dalam mengajar, sedangkan aku tak bisa diajarin keras. Sempat menurun prestasiku, padahal aku harus ikut konser. Tapi akhirnya setelah diberikan pengarahan dari abangku dan papaku, dan Kak Leslie juga menyemangatiku maka akhirnya aku berhasil juga tampil dalam konser di Hotel Kartika Candra. Benar-benar pengalaman yang menakjubkan...

 Bersambung

Bienvenue..mes amis!!

Dari dulu aku selalu menulis, walau hanya menulis diary. Sejak aku memiliki perasaan sentimentil di bangku SMP, aku sering menulis apapun yang aku rasakan. Memang tidak tiap hari, tapi sekali aku menulis bisa berlembar-lembar karena aku merapel semua cerita yang telah lewat. Hari-hari khusus dimana aku tidak pernah absen menulis adalah saat Malam Natal, Malam Tahun Baru dan Malam menjelang Ulang Tahunku. Bisa saja aku menulis dalam keadaan gembira, tapi terkadang aku menulis dalam keadaan sedih total, atau marah. Akan terlihat melalui bentuk hurufnya. Kebiasaan ini berlanjut hingga Juli 2009, dan sejak itu aku berhenti menulis karena aku merasa lebih banyak menulis hal yang menyedihkan dan aku melihat harapan yang aku tuliskan tak pernah menjadi kenyataan. Dan yang kulakukan setelahnya adalah membakar sebagian isi diaryku berharap bisa menghapuskan segala kepedihan yang kutuliskan dalam buku itu..

Tapi sekarang aku menyadari, kenangan itu akan selalu mengikuti kemanapun dirimu pergi, tak peduli berapapun usiamu kelak. Sejak aku menonton sebuah film yang berjudul Note Book yang diangkat dari novel karya Nicholas Spark, dimana menceritakan proses sebuah cinta sejati yang diabadikan dalam diary seorang gadis. Dia menulis dan menulis hingga suatu hari dia tidak dapat menulis lagi setelah dia mengidap penyakit Alzheimer. Maka akupun membuat blog ini untuk bisa menuliskan apa yang aku rasakan saat ini, aku ingin mengabadikan kenangan apapun dalam hidupku selama aku masih bisa menulis. Sehingga tulisanku ini akan menjadi kenangan dari diriku. Dikatakan orang yang beruntung adalah orang yang memiliki kenangan dalam hidupnya. Karena apalah artinya hidupmu tanpa kenangan?

*di rumah sambil mendengarkan Karen Carpenters In memoriam song*

Sabtu, 11 September 2010

Lebaran Dengan Cuaca Natal

Tidak terasa hari ini sudah memasuki Lebaran ke-2 yang artinya sudah tiga hari aku menjalani liburan. Aku sangat menikmati liburan kali ini, karena biasanya saat Hari Raya Idul Fitri ini cuaca panas, kering dan berdebu. Namun kali ini berbeda, entah karena iklim yang sudah kacau balau yang pasti saat ini aku seperti menikmati suasana Natal dimana sejak malam takbiran saja hujan sudah membasahi bumi,. Hingga hari ke-2 yang Fitri ini cuaca masih sangat tidak mendukung untuk bisa pergi bertamasya atau berkunjung. Mendung, kabut, lembab dan hujan yang sekonyong-konyong bisa turun.

Dari kecil aku sangat menyukai hujan, dimanapun berada. Aku senang memandangi titik hujan yang turun, aku senang bermandikan hujan, sambil menyanyikan sebuah lagu. Seakan-akan hujan itu bisa menghapus segala kegundahan dalam hati saat sedih, tidak ada yang mengetahui yang mana air hujan yang mana airmata. Basah, luruh, air hujan membawa pergi semua kesedihan. Nikmatnya membaca buku sambil menghirup kopi atau teh hangat ditemani irama hujan adalah saat-saat menyenangkan bagiku. Mungkin bagi sebagian orang yang sudah berencana untuk tamasya atau masih dalam perjalanan mudik, cuaca saat ini sangat menyebalkan, tapi yang pasti aku sangat menikmatinya.Selamat  menikmati liburan Lebaran cuaca Natal...