Sabtu, 15 Juni 2013

Sekali lagi Salatiga..



Kata orang kata hati itu tidak pernah bohong. Terkadang Tuhan berbicara kepada kita melalui hati kita. Namun seringkali kita mengingkari dan tidak mau mendengarkan kata hati kita. Dan akupun menjadi salah satu dari sekian orang yang tidak mendengarkan kata hati. Ini ada sebuah pelajaran berharga bagiku, betapa hal kecil sungguh sangat berpengaruh. Aku berjanji, sekali ini aku tidak akan mengabaikan lagi ungkapan si hati.

Setahun yang lalu aku datang ke kota ini, Salatiga, kota yang selalu sejuk, sangat minim polusi. Aku tidak pernah bosan untuk datang kesini. Mungkin bagi sebagian orang kota ini membosankan, karna tidak ada FO (factory outlet) seperti di kota-kota besar lainnya. Tapi memang bukan seperti itu yang selalu menarikku untuk kembali. Entah magic apa yang membuatku untuk ingin selalu kembali, tapi tidak pernah berharap untuk kembali ke Salatiga dengan kondisi seperti yg akan kuceritakan berikut.
Ibu Sunarti, ibunda Ariz temanku terkasih, dipanggil Tuhan pada hari Jumat lalu 31 Mei 2013. Terakhir kali aku bertemu di bulan Juli 2012 yang lalu (baca blog minggu 15 juli 2012). Aku berjanji saat itu untuk berdoa tiap hari untuknya dan kembali lagi menemui beliau. Bulan Desember sudah dirancang-rancang untuk dapat kembali kesana dengan waktu yang lebih panjang. Kebetulan tgl 29 Desember adalah ulang tahunnya. Tapi tak dinyana, rencana itu harus bubar jalan. Evi berhalangan tiba-tiba. Dan sayangnya aku tidak berani untuk melakukan perjalanan itu sendiri, dimana itu juga jatuhnya saat Natal, saat-saat sibuk bagiku sebenarnya. Dan akhirnya kami batalkan perjalanan bulan itu. Pada saat ulang tahunnya, kakakku suruh aku telpon ucapin langsung selamat ulangtahun pada Ibu, tapi entah kenapa aku malas sekali dan menunda-nunda saja.

Waktu berjalan terus tak terasa, masalah lain datang dan pergi, setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sehingga akhirnya tali silaturahmi itu sempat berjarak sejak pertemuan terakhir. Tidak lama setelah itu, di awal 2013 kami masing-masing mendapatkan handphone dan pulsa ditanggung kantor untuk mempercepat komunikasi. Sekali waktu Ariz menelponku dan kita ngobrol lama, tapi tidak sekalipun aku minta untuk bicara dengan Ibu. Beberapa kali dalam malam-malam yang lalu, aku ingin menelpon dan bicara dengan Ibu, tapi tidak kesampaian terus. Entah hatiku yang terlalu keras, atau memang aku sudah tidak peduli lagi oleh karna sudah disulitkan oleh masalahku sendiri.

Hingga 2 minggu lalu aku mendapatkan kabar kepulangan Ibu kepada Bapa di Surga. Kaget. Sedih. Merasa bersalah. Semua campur aduk. Sesaat aku tidak bisa menghubungi Ariz. Tidak tahu apa yang akan aku katakan. Aku sangat menyesal telah mengabaikan semua sinyal-sinyal yang tidak secara langsung masuk dalam hatiku. Banyak kata-kata,”Seharusnya...begini, seharusnya...begitu.” Aku hanya baru sms dan dia sudah membalasnya. Tapi aku belum dapat keberanian untuk menelponnya. Dan akhirnya aku diberikan kesempatan untuk menelponnya hari Minggu sore. Tiba-tiba tak terkatakan sedihnya hatiku, aku minta maaf sama dia beribu-ribu kali,”Setiap hari aku selalu ingat Ibu, slalu berdoa untuk Ibu, tapi aku selalu menunda-nunda untuk berbicara dengannya, walau hati ingin, padahal telponpun gratis. Maafkan aku...aku sangat merasa bersalah dan menyesal.” Ariz hanya bilang,”Tidak apa2, Ibu tahu kok segala rencanamu, semua pesan-pesanmu slalu kusampaikan. Aku cerita tentang dirimu padanya. Ibu sangat berterima kasih pada mu.” Aku tambah sedih mendengar ceritanya. Namun sore itu aku lega sekali sudah meminta maaf padanya, dan aku bilang,”Kalau ada kesempatan lagi ya Riz, aku pasti akan kesana, doakan saja.” Dia jawab,”Pasti Tuhan akan berikan kesempatan untukmu bisa kesini lagi, tenang aja.”

Selebihnya aku menyemangati dia, aku mengerti perasaannya saat ini karna bagiku bukan perasaan baru kehilangan seseorang. Aku sering kehilangan orang yang kusayangi, dan aku sangat mengerti rasanya. Hari Senin pagi, aku berpikir tidak merasa terbeban lagi, tapi kenapa ya aku merasa hingga aku tiba disana dan meletakkan bunga di pusaranya barulah aku tenang. Namun aku berpikir tidak mungkin aku pergi dalam waktu dekat gini. Karna tidak ada budget dan rencana ke Salatiga tahun ini. Tapi akhirnya aku utarakan keinginanku ini pada Evi dan aku mengajaknya. Tapi dia baru bisa tgl 21 Juni. Namun sayangnya semua harus gagal karna Echa temen kami di Salatiga dimana kami akan menginap tidak bisa karna dia keluar kota. Dan Echa hanya bilang tgl 6 Juni dia free. Sungguh pergolakan dalam bathin, karna justru tgl segitu Evi tidak bisa. Saat aku beranikan untuk konsultasi pada kakakku, dia lebih setuju jika aku pergi tgl 5 juni ini, karna tgl 6 juni tgl merah dan lagi pas banget dengan acara 7 harian Ibu. Namun satu lagi kendalaku, naik apa? Karna selain pas liburan sekolah, tiket melambung tinggi, tiket kereta eksekutif aja habis, bisnis juga. Pesawat mahal. Temanku mengusulkan naik bis saja. Tapi aku tidak berani naik bis sendirian, dan lama sekali waktunya.

Aku ingat sekali hari Selasa pagi aku berdoa khusus untuk hal ini. Kiranya Tuhan membukakan jalan bagiku untuk dapat tiket murah. Dan benar saja, bis tidak jadi karna saat ditelpon agennya tidak diangkat. Akhirnya aku mendapatkan tiket kereta ekonomi ac untuk perginya, dan pulangnya aku mendapatkan tiket pesawat pulang, murahnya dibawah harga kereta eksekutif. Awalnya aku mencari tiket sore, tapi ternyata adanya pagi-pagi jam 07.45. Dan untuk pesawat juga pagi-pagi jam 06.20.
Hari Rabu pagi aku bersiap-siap. Keburukanku adalah jika aku pergi sendiri jadi lelet, adaaaaa aja yang aku belum siapkan. Dan akhirnya aku ketinggalan kereta 1 menit. Saat aku tiba di peron, kereta baru saja pergi. Sempat putus harapan dan mau ke kantor saja, tapi aku ingat tiket pulang yang sudah dibooking, sayang banget. Dan lagi aku ingat tujuan utama kenapa aku harus pergi. Mungkin orang lain menganggapku lebay, tapi bagiku ini harus dilaksanakan, karna sudah didoakan dan apa yang terjadi ini adalah karna kelalaianku. Dan aku mencoba pergi ke Gambir. Tujuan akhir adalah tiket eksekutif. Paling mahalpun tidak apa pikirku, asal aku dapat tiba di Semarang sore ini. Puji Tuhan, aku mendapatkan tiket Argo Anggrek jurusan Surabaya, karna kereta Semarang sudah berangkat jam 8 tadi. Setelah aku mendapatkan tiket Argo Anggrek ini aku langsung duduk di ruang tunggu depan rel. Sungguh capek sekali badanku, pusing kepala terutama karna aku harus merogoh gocek Rp. 360.000,- Tapi aku mengucap syukur, karna berkat sumbangan temen-temen untuk aku bisa membelikan kue-kue buat acara Ariz, ada terkumpul Rp. 300.000,-an dan aku bisa beli tiket. Anehnya walau duitku sudah habis kok aku santai saja perasaanku, tidak takut, tidak kuatir...hahaha.
Akhirnya keretaku berangkat ke Semarang. Ini adalah pengalaman pertamaku pergi seorang diri. Walau tidak begitu jauh jaraknya, tapi tak urung ada rasa kuatir juga, namun aku serahkan padaNya, aku percaya Tuhan menjaga setiap langkahku. Untungnya keretaku tidak begitu penuh, yg pasti sebelahku kosong sampai Semarang, jadi aku bisa santai tidur-tiduran, fesbukan, telpon2 temen dll. Puji Tuhan, aku dijemput oleh temenku Wawan di Stasiun Tawang pakai motor. Jadi ini juga menjadi pengalaman pertamaku naik motor bersama temenku dari Semarang ke Salatiga. Wah...sangat menakjubkan, tak pernah terpikirkan bahwa aku akan menginjak kota ini lagi. Tahun ini tidak pernah ada rencana untuk datang ke kota ini, tapi akhirnya toh aku memang harus kesini. Kunikmati setiap perjalanan, pemandangan, rupanya sudah ada Cimory buka cabang di tengah-tengah perjalanan ke Salatiga.

Aku tiba di Salatiga sudah jam 21.00an, karna perjalanan yg macet dikarenakan ada perbaikan jalan. Tiba di rumah Echa kita tidak kemana-mana, langsung disuguhi teh manis hangat, habis itu mandi dan tidur. Keesokan paginya, 6 Juni 2013 kami bangun jam 06.00, dan hanya sikat gigi dan cuci muka, kami pergi ke pasar untuk sarapan soto seperti biasa di tempat langganan. Habis itu kami jalan-jalan dengan motor ke alun-alun pancasila, aku melihat ada jualan susu segar murni, kita mampir dan minum susu sambil lesehan disitu. Rame sekali orang, mungkin karna tgl merah. Susunya benar-benar panas, ditambah milo sedap sekali, dan ditambah dengan udara pagi yang sejuk, mantap benar. Aku sungguh menikmatinya. Karna kami janjian untuk datang ke rumah Ariz jam 15.00 supaya bisa mengikuti ibadah penghiburan jam 18.30, maka kami gunakan waktu yg ada untuk mencari oleh-oleh sedikit. Kami kembali pulang pas jam makan siang. Tidak lama kami tiba, hujanpun turun.

Aku sempat kuatir, karna hari sebelumnya, hujan turun awet sampai malam. Aku berdoa terus agar hujan segera berhenti, karna kalau sampai batal ziarah karna hujan, sia-sia saja perjuanganku untuk tiba di kota ini. Jam 14.52 hujan berhenti. Wah, puji Tuhan..doaku didengar, buru-buru kami mandi dan siap-siap. Kami pergi ke pasar untuk membeli bunga dulu. Aku beli bermacam-macam bunga, ada sedap malam, bunga matahari, bunga dahlia, bunga mawar putih dan merah. Rata-rata sih warna putih. Sudah segitu banyaknya ternyata hanya menghabiskan kocek Rp. 35.000,- Padahal mawar aku ambil banyak. Wah, sungguh murah beli bunga disini. Lain kali aku mau beli lebih banyak lagi.
Tibalah kami di rumah Ariz. Awalnya aku bertemu dengan bapaknya. Ntah kenapa tidak bisa berbicara apa-apa selain salam saja. Kebetulan Ariz sedang didalam, tidak lama diapun keluar, dia menatapku begitu rupa. Tidak tahu apa yang ada di pikirannya, sepertinya mungkin dia berpikir tidak percaya klo aku bisa datang beneran ke rumahnya. Dia hanya menatapku diam, dan aku saat menatapnya hanya mengingat ibunya. Tapi saat itu perasaanku sudah biasa lagi, tidak sedih, sudah ketawa-ketawa sebelumnya. Lalu kamipun berangkat ke makam. Bapaknya, adiknya, dia, aku, echa dan wawan pergi beriringan dengan motor.

Perjalanan ke makam sungguh mistis menurutku. Karna masuk ke dalam hutan, terkesan serem buatku. Tidak beraturan makamnya, dan rata-rata nisannya malah mirip prasasti. Dan kami harus menuruni tangga ke bawah lagi. Kebetulan dia yang berada didepanku, dia mengingatkanku untuk berhati-hati karna licin. Ngeri juga rasanya, aku sudah bawa bunga banyak, jalanan baru hujan sungguh lucu klo sampe tergelincir. Untungnya dia langsung menawari tangannya untuk menuntunku supaya tidak jatuh.

Tiba di makam, ada perasaan haru biru yang tiba-tiba menghinggapiku saat itu. Saat aku menyusun bunga-bunga itu, air mataku mulai bertetesan. Tidak ada kata-kata yang terucap selain,”Ibu, maafkan aku ya..” Ariz memperhatikanku dan akhirnya membantuku untuk menyusun bunga-bunganya. Sedangkan yang lainnya sibuk ngobrol di belakang. Hanya kami berdua yang menyusun bunga-bunga itu. Lalu saat maksudku mau ajak foto semuanya, eh bapaknya malah berdoa pake bahasa Jawa. Saat itu gerimis masih turun, tapi karna kami berada dalam hutan, maka gerimis yang jatuh itu tertahan oleh pohon-pohon yang rindang diatas kami. Karna aku tidak mengerti doanya, aku hanya berjongkok dan memandangi salib makam ibu, dan saat itu rasa bersalahku memuncak. Aku sungguh-sungguh merasa menyesal saat itu, semuanya flashback, semuanya berulang dan betapa banyaknya aku sudah melewati momen-momen penting. Dan seketika semuanya diam. Mungkin mereka baru menyadari bahwa aku bukan hanya sekedar nyekar. Mereka baru sadar bahwa ada yang sedih ditempat ini. Dan setelah aku puas melepaskan semuanya, barulah aku melihat Ariz berdiri didekatku hanya menatap terus ke makam ibunya. Saat aku panggil, dia sampai gak dengar, dan aku harus menggamitnya, karna aku melihat matanya sudah mulai berkaca-kaca lagi. Dan akhirnya kami berfoto berempat. Memang bukan suatu hal yang wajar ditempat itu, tapi biarlah aku ingin foto aja.
Sehabis dari makam kami diminta kerumahnya. Sementara echa dan wawan mau ke rumah mbaknya yg tidak jauh dari situ, maka aku ditinggal sendiri di rumah ariz. Kata echa,”Kan katanya tadi kangen mau ngobrol sama Ariz.” Ariz hanya diam menatapku. Setiba dirumah, kami ngobrol berdua saja. Dan dia bilang klo dia senang aku datang, tapi dia maunya aku tuh datang nanti-nanti saja setelah lewat acara-acara 40harian begitu. Karna klo datang seperti sekarang dia bilang tidak bisa menemaniku.”Kalau kamu datang setelah acara-acara ini selesai kan kita bisa punya waktu 1-2 hari untuk ngobrol, rileks ya jalan kemana lha. Klo sekarang aku kasian sama kamu, karna kamu pasti capek banget, kemarin tiba dan besok harus pulang lagi. Aku kasian sama kamu.” Aku jelaskan saja bahwa tujuanku memang hanya untuk nyekar di makam ibu. Jadi aku sudah siap menanggung resikonya. Dia hanya terdiam saja mendengar aku menjelaskan. Dia sampaikan klo dia sudah ikhlas saat ibu dimakamkan. Tapi aku tahu perasaannya akan datang dan pergi. Sekali waktu dia akan ikhlas, sekali waktu dia tidak terima. Butuh waktu untuk bisa menerimanya. Dan dia sangat menyesal sekali saat-saat terakhir ibunya dia pergi ke kantor. Dan saat dia tiba dirumah lagi setelah izin setengah hari, sudah banyak orang dirumahnya dan tahulah dia bahwa ibunya sudah pergi. Sungguh perih sekali perasaannya pasti.

Malamnya kami ibadah penghiburan. Untunglah memakai bahasa indonesia untuk khotbah dan lagunya. Kami, terutama aku sangat menikmati segalanya, walaupun aku lupa bawa jaket padahal ditempatnya itu dingin sekali klo malam. Habis ibadah diberikan teh manis panas dan sekotak kue, sedapnya. Habis itu makan soto lagi. Sebelum ibadah sudah disuguhi soto, segar banget dan rasanya tuh enak banget. Beda dengan soto di jakarta. Sebelum pulang kami diberikan sekotak makan lagi, isi nasi, lalap dan ayam goreng. Nasinya ngajak berantem. Banyak banget, bener-bener banget. Wah..bener-bener deh.

Akhirnya kami berpisah malam itu. Dan aku puas, sepuas-puasnya bahwa apa yang menjadi hutangku sudah terlunasi. Mungkin ini adalah jalan bagiku untuk kembali dekat dengannya lagi. Memang ada hal yang kusesali, tapi aku tidak mau menyesali lagi, biarlah ini menjadi pelajaran bagiku. Dan aku tidak ingin terulang untuk kesekian kalinya. Kali ini aku akan lebih cermat dan mendengarkan kata hatiku.

Terima kasih Tuhan untuk pertemuan ini. Kami percaya pertemuan kami ini adalah karena doa. Dan biarlah Engkau pertemukan kami kembali di waktu yang lebih berbahagia lagi. Amin.

Selasa, 15 Januari 2013

SPECIAL GIFT



Sudah memasuki pertengahan Januari 2013, aku mengucap syukur untuk Tuhan yang sudah baik kepadaku. Mungkin cerita ini agak terlambat, tapi tidak pernah basi. Segala sesuatu yang baik tidak pernah basi untuk dibagikan.

Bertahun-tahun aku slalu mendoakan Natal yang spesial, bersama orang yang spesial. Bagiku ada beberapa momen yg spesial yaitu : Valentine, Ulangtahunku, Malam Natal dan Malam Tahun Baru. Emang agak sedikit lebay sih, tapi memang momen-momen ini yang slalu aku doakan selama bertahun-tahun, tapi belum pernah terwujud.

Aku mengenalnya di awal Agustus, untuk suatu event di kantor. Selama ini aku sudah sering melihatnya tapi tidak pernah mengenalnya. Tidak ada yang menarik darinya, tapi saat mendengarkan dia bernyanyi, hatiku tersentuh. Mungkin karna suaranya yang merdu membuatku tergerak untuk mengenalnya lebih jauh. Dia, sebut saja AR. Semakin aku mengenalnya, semakin menarik. Semua orang memang tidak terlalu tertarik untuk bergaul dengannya, karna dia tuh cupu, cuek banget klo bukan karna dia kenal banget orang itu dia gak akan negor. Terkesan cuek itulah yang suka membuat semua orang males untuk berteman dengannya, kecuali diriku.

 Beberapa bulan yang lalu di 2012, aku tiba-tiba ingin kembali beribadah di gereja bethel. Selama ini kalau gak di gereja mainstream atau gak ke gereja sama sekali. Tidak tahu mengapa tiba-tiba ingin kembali, awalnya kukira karna Leo, temenku waktu di pelayanan youth gereja bethel 10thn yg lalu, tiba-tiba nongol pas di hari ulangtahunku. Dan sempat awalnya aku mengira mungkin dialah dari Tuhan, karna aku slalu berdoa bahwa Tuhan akan mengirimkan pria spesial itu ke rumahku. Tapi ternyata, semakin kesini semua dijawab BUKAN oleh Tuhan.

Barulah saat aku mengenal AR, ternyata dia adalah seorang worship leader di sebuah gereja bethel lebak bulus. Aku sangat takjub dan tiba-tiba teringat dengan doaku 15thn yg lalu. Bahwa aku memimpikan, mengharapkan Tuhan memberikanku seorang pasangan yang adalah seorang worship leader/pemusik dan kami akan sama-sama melayani. Semua harapan ini dikarenakan saat aku menghadiri sebuah kebaktian di gereja bethel senayan dan saat aku melihat sepasang suami istri dimana suaminya worship leader, istrinya pianis. Hatiku tersentuh melihat pemandangan itu.

Tidak pernah terpikirkan untuk menjadi dekat dengan AR. Oleh sebab umurnya yang jauh dibawahku 6 tahun. Sebelumnya aku pernah dekat orang yang lebih muda juga 4 tahun dibawahku. Entah kenapa aku selalu dekat dengan pria yang lebih muda dariku. Apa karna ruang lingkupku yang lebih banyak brondong-nya, atau karna memang aku lebih cocok dengan mereka ketimbang yang lebih tua? Tapi bagiku sih mereka walaupun lebih muda ternyata tidak menjamin kalau mereka tidak dewasa. Dewasa bukan hanya karna umur lebih tua. Dan aku melihat AR sangat dewasa, melebihi diriku. Dia bisa memimpinku, bisa menjadi mentor dan walaupun dia ternyata orang yang bawel, tapi dia baik dan perhatian. Dan yang paling utama dia orang yang bertanggungjawab. Sungguh berbeda dengan pria yang sebelumnya yang pernah deket denganku.

Pernah kami pergi berdua dan pulang agak malam, dia mengantarkanku pulang. Biasanya teman-temanku yang mengantarku pulang hanya sekedar men-drop lalu langsung capcus pulang. Tapi hal yang menarik yang aku alami bersama AR adalah saat dia turun dari motor dan bilang ingin bertemu dengan kakakku. Wow! Aku kaget akan sikapnya. Sikap yang belum pernah aku alami selama ini dari seorang pria. Dan saat dia bertemu dengan kakakku, ternyata dia hanya ingin menyampaikan,”Malam Tante, maaf terlalu malam mengantarkan desi pulang.” Seketika kakakku hanya menengok sekilas curiga padaku dengan pandangan bertanya-tanya,”Ini siapa?” lalu padanya dan berbasa-basi sejenak. Seketika aku merasa malu untuk mengenalkannya. Sudah lama aku tidak pernah merasakan hal ini. Ada rasa bangga, sukacita, walaupun mungkin hal itu biasa untuk AR, tapi bagiku ini luar biasa.

Pertama kali kami pergi bareng adalah di pernikahan sahabatku. Aku tuh yang bingung mau ajak siapa dan kebetulan waktunya siang hari, jadi aku mengajaknya. Karna dia tugas luar, jadi lebih mudah mengajaknya. Saat di pesta, ada rasa sukacita karna datang dengan pria, karna biasanya kalau aku ke pesta itu kalau gak dengan teman wanitaku atau sendirian, lebih parah lagi pernah aku datang dengan kakakku..fiuh! Tapi aku gak berani mengenalkannya sama temen-temenku, karna aku takut disalahartikan sama temen-temenku. Mungkin karna dia tidak setampan yang aku harapkan untuk dikenalkan ke orang-orang..duh, terkadang aku merasa jahat sekali. Tapi temen-temenku gak peduli, dikenalkan atau tidak mereka tetep menganggap dialah pasanganku.

Demikianlah kami, dari satu pertemuan ke pertemuan yang lain. Hingga kami menjadi sedekat ini. Awal Desember 2012, tiba-tiba aku dikenalkan dengan seorang pria oleh sepupuku. Sudah pasti orang kaya, mapan, mantap deh, usianya lebih tua dariku, tapi secara fisik aku tidak tertarik padanya waktu melihatnya di FB. Tapi saat AP, lelaki ini datang ke kantorku untuk bertemu dan lunch bareng, aku mengiyakan dan ingin mengenalnya. Pagi harinya, aku merasa takut tiba-tiba, aku bicara dengan sahabatku tentang ketakutanku. Hal konyol sih saat aku takut jika AP cocok denganku dan jadian, dan yang kutakutkan lagi adalah artinya aku harus melepaskan AR, padahal aku sudah terlanjur mulai suka dengannya. Tiba-tiba aku takut akan suatu ikatan. Mungkin karna aku belum mengenal AP sebaik AR. Dan sahabatku tentu saja lebih menganjurkanku untuk memilih AP yang sudah mapan. Tapi akhirnya aku mencoba menyerahkan segalanya padaNya. Aku adalah orang yang gak bisa berbohong. Wajahku sangat ekspresif. Kelihatan banget suka dan tidaknya. Saat aku bertemu dengan AP, tahulah aku bahwa aku tidak tertarik padanya, dan nampaknya dia juga. Dan pertemuan itu menurutku menjadi pertemuan yang membosankan. Dan aku berharap segera berakhir.

Beberapa hari kemudian aku di kuliahi sepupuku tentang pasangan hidup. Intinya sih kita gak boleh melihat rupa, carilah yang hatinya baik (dan kantongnya baik juga). Aku tidak bercerita tentang AR. Karna sepupukupun tidak pernah bertanya tentang hubunganku dengan pria lain. Dia menganggap aku tidak memiliki hubungan dengan pria manapun. Dia gak pernah bertanya apakah aku bahagia? Dia tidak pernah bertanya apakah aku sedang jatuh cinta atau sedang patah hati? Jadi selama tidak ditanyakan aku diam saja. Dan setelah dikuliahi gitu aku belajar untuk mengenal AP lebih baik lagi. Aku berdoa pada Tuhan, jika kami dipertemukan lagi, aku akan bersikap lebih baik lagi daripada sebelumnya. Tapi ternyata semua tidak sesuai harapan lagi. Aku sudah berusaha menjalin dahulu, tapi responnya datar-datar saja. Satu hal yang aku doakan adalah AP datang ke rumahku untuk bernatalan, dan aku berharap kali ini doaku terkabul, ada pria spesial datang Natalan kerumahku. Aku sudah siapkan segalanya. Kue-kue, minuman, membersihkan rumah, bersiap-siap selalu. Hal yang tidak pernah aku lakukan dari tahun-tahun sebelumnya. Karna aku slalu tahu tidak pernah ada yang datang di hari Natal maka aku cuek-cuek saja. Apakah itu temanku atau saudaraku. Maka tidak jarang kue-kue yang pernah kami siapkan habis dimakan oleh aku dan kakakku saja. Tapi entah karna AP, maka kakakku membeli kue-kue tersebut, kami merasa bahwa Natal tahun ini akan menjadi Natal yang spesial,yaitu adanya tamu yang datang.

Saat Natal kantor, kunci motor AR hilang. Kebetulan dia sedang ada pelayanan di tempat lain, maka dia menitipkan kuncinya jika aku menemukannya. Dan benar saja, entah gimana temenku bisa menitipkan kuncinya padaku. Akhirnya kuncinya aku pegang. Dan tgl 24 Desember dia mengajakku ketemuan di kantor untuk ambil kuncinya dan setelah itu katanya dia mau ajak aku ke Sevel. Kami janjian jam 12 siang, tapi paginya entah apa yang menyulutku untuk tiba-tiba berharap dia bisa menemaniku malam Natal di gerejaku. Dan dia menolak karna dengan alasan sudah ada janji dengan temannya jam 4 sore. Wah aku tiba-tiba merasa sangat marah dan membatalkan pertemuannya. Dia telpon aku berulang-ulang kali aku tidak angkat, dia sms aku gak balas. Sungguh aku marah, sedih, kecewa dsb. Aku merasa Tuhan memberikanku Malam Natal yang jauh lebih menyedihkan malam itu. Setelah agak sore, aku barulah sms dia dan mengungkapkan segala uneg-unegku kepadanya, intinya aku masih marah. Dan dia barulah membalas smsku dengan bertanya,”Kenapa harus marah? Tapi klo gue sudah menyakiti perasaanmu, gue minta maaf.” Seketika aku merasa bersalah. Dan dia bisa juga ambil motornya tapi gak bisa isi bensin karna kunci serepnya beda, gak ada kunci jok. Sebelum ibadah berlangsung aku sms dia, telp dia mau tahu keadaannya, tapi gak diangkat dan gak dibalas. Dan selama ibadah Malam Natal, aku hanya berdoa untuk dia yang mau memaafkanku yang sudah kekanak-kanakan dan egois ini, aku bilang pada Tuhan kalau aku tidak mau kehilangan dia, aku gak mau dia pergi dari hidupku.

Selesai ibadah, saat aku berjalan pulang, smsku masuk darinya membalas smsku tadi. Gak tunggu lama-lama aku langsung menelponnya. Dan sejenak dia berbicara menjelaskan padaku dan hal pertama yang aku katakan adalah,”Maafkan aku..”berulang-ulang. Dan akhirnya menjadi percakapan yang menyenangkan. Dia bilang akan keluar kota besoknya, makanya dia ajak ketemuan hari ini karna hanya hari itu sajalah dia lowong, dan akhir kata dialah yang mengucapkan Merry Christmas pertama kalinya. Aku lega sekali. Dan walaupun bukan menjadi Malam Natal yang kuharapkan, tapi menjadi Malam Natal yang mengesankan.
Setelah peristiwa itu aku tidak memikirkannya lagi. Aku konsen dengan AP. Dan masih berdoa dan berharap dia menemuiku di rumah ini. Tapi dia tidak kunjung datang jua. Tgl 28 Desember malam, AR sms aku dan ajak ketemuan besok, dan dia mau ajak aku jalan-jalan. What a surprise! Aku gak kepikiran kalau AR akan menemuiku lagi, mau ke rumahku dan mengajak jalan-jalan! Apa dia sudah lupa kemarin aku sudah membuatnya marah gak ketulungan dengan sikapku yang konyol? Tapi aku iyakan saja. Dan aku hanya bisa berdoa agar esok menjadi hari yang tak terlupakan.

Tgl 29 Desember, datanglah dia ke rumahku. Hari itu dia rapi sekali. Memakai kemeja lengan panjang digulung setengah warna garis-garis hitam abu-abu, dengan jeans birunya. He looks nice! Akhirnya kami pergi dan entah kenapa saat aku tahu dia tidak ada rencana kemana mengajakku selain ke Sevel, aku mengajaknya menemaniku ke makam, ziarah ke makam papaku, mamaku dan abangku. Ada hal berbeda saat aku menginjak tempat itu bersamanya. Hal yang sudah lama aku rindukan, ingin berziarah ditemani seseorang, bukan sendirian lagi, dan aku senang dialah orangnya. Dia sangat sabar menungguku, menemaniku malah sempat dia seperti mengenalkan dirinya kepada papaku, tapi aku langsung ledekin dia karna bicara di kuburan. Tapi aku senang dia melakukannya. Pemandangan selama perjalanan dari rumahku ke makam dan sebaliknya sungguh menyenangkan, mengesankan dan bagus sekali, memang cocok disebut jalan-jalan. Terakhir kali kami berhenti di Sevel, setelah berhenti berkali-kali di tempat makan, kami mengabadikan dengan berfoto berdua. Hari itu menjadi hari yang tak akan kulupakan. Tuhan sudah memberikan hari yang terbaik untuk kami berdua nikmati. Aku gak tau apa jadinya jika Malam Natal kemarin kami jadi bertemu, mungkin kami tidak akan pergi ke makam. Mungkin saja dia datang hari itu karna hanya bertujuan untuk ambil kunci motor, tapi Tuhan menggerakkan hatinya untuk lebih hanya sekedar mengambil kunci motor. Dan bagiku pribadi tidak ada yang kebetulan, bagiku semua ini memang sudah seturut kehendakNya. Aku percaya waktu yang diberikan untuk kita bertemu ya di hari itu, bukan di malam natal. Malamnya aku sangat mengucap syukur, karna pertama Tuhan sudah membuat dia kembali kepadaku, mengirimkan dia ke rumahku, memberikan momen yang terbaik sebelum 2012 ini berlalu. Walau bukan persis seperti yang aku inginkan, tapi DIA memberikan lebih dari yang aku pikirkan. Waktu malam Natal aku memang merasa lega setelah dia memaafkanku, tapi aku gak pernah kepikiran untuk dia mau mengajakku jalan-jalan. Dan kocaknya aku mendoakan AP yang datang kerumah, tapi justru AR yang datang. Tuhan sudah membrikan jalanNya untuk kami bisa bersama. Dan inilah yang membuat tahun 2012 akhirnya aku tutup dengan bahagia. Sempat aku tanyakan padanya,”Mengapa loe mau datang lagi? Aku sudah berpikir loe tuh udah ilfil sama gue.” Dia menjawab,”Iya. Aku emang sempat ilfil sama loe. Ternyata loe tuh sangat childish. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, ada kalanya tiap orang muncul sifat kekanak-kanakannya, dan ada rasa ingin diperhatikan lebih dari yang lain. Dan gue akhirnya mengerti akan hal itu.” Aku hanya bisa diam mendengar dia bicara seperti itu. Sungguh menohok hatiku.

Hingga memasuki tahun 2013, jelas sudah AP tidak ingin berhubungan lebih lagi denganku. Aku sungguh kecewa, karna aku sudah berusaha ingin menerimanya, tapi dia sendiri tidak mau menerimaku apa adanya. Dia tidak ingin mengenalku lebih dekat. It’s ok! Aku percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untukku. Doaku adalah pria yang spesial yang sudah disiapkanNya akan didekatkannya lebih lagi. Sedangkan AP semakin menjauh, AR semakin mendekat.

Satu hal yang kulakukan di tahun 2013 adalah mengunjunginya di gerejanya saat dia bertugas menjadi worship leader. Dia awalnya pesimis aku mau datang, tapi aku buktikan aku mau datang. Dan sungguh menakjubkan ternyata  dia bahagia skali saat aku datang dan dia langsung mengenalkanku pada semua teman-temannya. Rasanya dia bangga sekali mengenalkanku, tapi aku yang menjadi jengah. Sepertinya dia tidak pernah mengajak cewek untuk beribadah ke gerejanya, jadi saat aku datang semua heboh. Aku sangat bangga melihatnya menjadi worship leader. Hari itu aku sekali lagi menjadi orang yang berbahagia. Apa yang menjadi harapanku 15 tahun yg lalu hampir terwujud. Dialah sang worship leader yang aku doakan itu. Aku berharap kebersamaan ini, kebahagiaan ini tidak berakhir disini. Selalu ada kebahagiaan setiap bersamanya, dan aku berharap dia merasakan hal yang sama.

Jika selama ini aku menanti-nantikan special gift itu, Tuhan menjawabnya dengan cara yang berbeda, jauh melebihi apa yang kita doakan. Dialah special gift dari Tuhan. Aku mengucap syukur untuk dirinya. Aku mengucap syukur untuk segala momen yang sudah kami lewati maupun yang akan kami lewati. Kiranya Tuhan memberkati hubungan kami berdua, sehingga kami bukan hanya sekedar bersatu, tapi kami sama-sama bisa menjadi berkat bagi orang lain. Melalui kami, biarlah nama Tuhan dimuliakan.
Terakhir kali kami bersama jumat kemarin, kami bersama-sama menghadiri undangan ibadah dari teman kami. Setelah khotbah, kami diminta untuk membuat lingkaran terdiri dari 5 orang dan berdoa sambil bergandengan tangan. Aku berada di sebelahnya. Bagiku pribadi, inilah saatnya mendoakannya. Tapi aku gak tahu mau mendoakan bagaimana, tapi aku tahu Tuhan mengetahui isi hatiku saat itu. Dan aku hanya mendengarkan dia berdoa walau tidak begitu jelas, tapi aku merasakan dia mendoakanku juga, karna ada beberapa kali dia sempat menggenggam tanganku lebih erat. Saat itu yang ada di benakku hanyalah, “Tuhan..seperti inilah yang aku rindukan sejak dulu. Berdoa bersama, beribadah bareng, bernyanyi bersama, saling menopang bersama pasangan hidupku. Indah sekali. Semoga dialah pria yang kutunggu-tunggu itu. Semoga dialah special gift dari Tuhan untuk selama sisa hidupku ini. Amin.