FIRST DAY
Tahun 2013 sudah berakhir, banyak
hal yg dapat dikenang pada tahun yang lalu, salah satunya sebuah perjalananku
ke Singapura dan Malaysia. Mungkin bagi sebagian besar orang, kedua tempat ini
bukanlah suatu tempat yang luar biasa banget, karna selain masih dekat dengan
Indonesia dan masih dalam ruang lingkup Asia. Tapi bagi aku pribadi, perjalanan
ini sungguh menakjubkan dan tidak terlupakan.
Jika orang-orang biasanya memakai
jasa tur, tapi aku dan 6 temanku memilih untuk pergi sendiri. Kami yang berangkat
ada 6 orang, ditambah 1 keluarga, total kami semua 10 orang termasuk 2
anak-anak. Bisa dibayangkan betapa ramainya. Perjalanan kami dimulai dari
tanggal 13 Sept – 16 Sept 2013.
Aku dan temanku Lena berangkat ke
Bandara Soetta jam 04.30 pagi untuk mengejar pesawat 09.45 dengan maskapai
Tiger Airways. Sungguh suatu perjalanan yang menggairahkan bagiku. Tapi aku
melihat Lena kurang bergairah. Apa karna masih pagi banget, entahlah. Salah
satu yang membuatku melihat dia kurang bergairah adalah Lena ada seorang
fotografer, dia suka fotografi dan tidak mungkin momen seperti ini dilewatkan
begitu saja tanpa membawa seperangkat alat kameranya. Dan betapa kagetnya aku
saat dia memang tidak membawa kameranya. Tapi aku tidak begitu memusingkan karna masih ada kamera
digital.
Tiba di Bandara jam 07.00. Kita
harus check in satu jam sebelumnya. Pagi itu bandara sudah ramai, sudah mulai
terlihat antrian. Dan saat kami dengan percaya diri turun di Terminal 3, dan memasuki
barisan antrian, tiba-tiba seorang petugas entah darimana menghampiri kami dan
bertanya tentang tiket kami. Ternyata kami melakukan kesalahan, seharusnya kami
turun di Terminal 2. Apa daya kami langsung naik bus gratis bandara ke terminal
2. Kami bersyukur pria itu datang tiba-tiba entah darimana, mungkin dia adalah
malaikat yang diutus Tuhan...:)
Setelah cek in, kami menunggu
teman-teman lain yang belum tiba. Tiger Airways adalah maskapai yang tepat
waktu, aku suka naik pesawat ini, tidak ada delay sama sekali. Dan harganyapun
lebih murah. Petugasnya lumayan ramah, walau tidak ada yang dari Indonesia.
Tapi sejauh ini baik.
Setiba di Changi Airport, hal
pertama yang kami lakukan adalah mengambil air putih yang didapatkan dari keran
yang ada disitu. Air di Singapura, sangat bersih dan terjamin jika kita
meminumnya langsung dari keran, beda dengan di Indonesia. Setelah mengisi
amunisi air minum sesuai dengan botol minum yang sudah dibawa oleh
masing-masing, maka kamipun ke ruang tunggu. Kami masih harus menunggu satu
keluarga dalam rombongan kami yang pesawatnya belum tiba. Sambil menunggu aku
menjelajah bandara, pertama kali memakai jasa internet gratis yang disediakan
oleh pihak bandara. Ada 5 PC klo tidak salah hitung, dia berbetuk lingkaran,
dan kita bisa menggunakan internet gratis dengan waktu yang diberikan 10 menit.
Klo sudah habis, harus dari ulang lagi. Cara ini baik agar yang lain dapat
menggunakan juga. Hal yang lupa aku persiapkan adalah kartu telepon. Aku lupa
klo harus mengganti kartu telpon. Kebetulan providerku sangat mahal jika
digunakan di Singapura. Sehingga, praktis selama aku berada disana tidak bisa
menggunakan handphoneku untuk internet. Untuk sms ke Indonesia saja Rp.5000
sekali kirim. Apalagi untuk telpon, sudah tidak mungkin. Akhirnya aku hanya
memanfaatkan internet yang ada.
Akhirnya yang ditunggu tiba juga,
tidak terasa sudah jam 3 sore, kami sangat lapar dan cukup bosan untuk
menunggu. Langsung saja menuju Hostel. Kami memutuskan menggunakan jasa MRT.
Ini adalah pertamakalinya aku naik MRT. Sudah sering dengar, liat tapi belum
merasakan. Karna kami hanya pergi untuk sekali jalan, maka kami membeli tiket
MRT sekali jalan melalui mesin-mesin yang sudah tersedia. Tidak membingungkan
caranya, karna ada petunjuk jelas dalam bahasa Indonesia dan Melayu. Harga tiket kurang lebih 2 dollar singapur.
Dan kami memiliki duit 10 dollar, kami kira seperti disini kita akan menerima
kembalian. Ternyata uang kami ditolak, saat kami bertanya pada bantuan di
mesin, ternyata uang yang harus kami masukkan maksimal 5 dollar, diatas itu dia
tidak mau menerima. Untunglah Lena memiliki uang 5 dollar.
MRT adalah kereta bawah tanah
yang cepat sekali. Sungguh-sungguh mengandalkan mesin, karna sama sekali tidak
ada masinis, semuanya otomatis, bahkan pintu keretanya. Uniknya, pintu masuknya
ada 2. Pertama pintu untuk rel, kedua baru pintu keretanya. Pintu masuknya
banyak, keretanya panjang, dan waktu yang diberikan untuk masuk tidak lama.
Begitu banyak orang, sama seperti di Jakarta naik Trans Jakarta, tapi kok
anehnya semua tertib. Tidak ada yang mendorong-dorong, semua berdiri di
antrian. Saat masuk didalam keretapun, tidak ada yang aneh-aneh, semua tertib
berdiri, kalaupun harus berdesak-desakkan mereka tetap tertib. Mungkin karna
didalam kereta dipasang CCTV, makanya tidak ada yang berani melakukan hal
bodoh. Lena sempat lalai. Dia tidak tahu klo tidak boleh makan/minum didalam
kereta tersebut. Dia sempat minum. Untunglah tidak ketahuan.
Tapi sempat juga sih ada kejadian
sekali, dimana pintu kereta sudah mau ditutup, ada yang memaksakan untuk masuk,
akhirnya dia terjepit, tapi untung dia berhasil diselamatkan. Setelah itu,
langsung diumumkan didalam kereta agar tidak ada yang memaksakan untuk masuk kereta
disaat sudah berbunyi tanda pintu akan ditutup. Dan langsung diumumkan dengan
berbagai bahasa. Karna Singapura adalah dimana berkumpulnya banyak bangsa dan
bahasa. Sungguh kagum melihat cepatnya petugas bertindak. Walaupun hanya
dikendalikan mesin, ternyata selalu dipantau.
Dalam stasiun MRT juga sangat
menarik. Bukan hanya untuk sekedar naik/turun kereta, tapi banyak juga
toko-toko yang menjual barang-barang. Sehingga membuat kita tidak bosan saat
menyusuri stasiun tersebut. Jujur aku betah di stasiun atau di dalam MRT. Karna
aku bisa melihat banyak macam-macam orang, yang wanita modis-modis dan berani
dalam berpakaian. Yang pria rapi-rapi juga. Kebanyakan sih pendatang, atau
bule. Keren-keren abis deh! Gak bosen-bosen melihat mereka berlalu lalang,
kadang seperti melihat fashion show. Dan serunya lagi saat mereka turun kereta
berpapasan dengan kita yang naik, semua tertib tidak ada yang menyelak.
Keluar dari MRT, kami menuju
Bugis Junction, adalah sebuah mall yang tidak terlalu besar, tapi didalamnya
ada tempat makan seperti food court. Begitu banyak makanan, dan murah-murah.
Lucunya disini, aku selalu menggunakan bahasa Inggris awalnya, lalu selanjutnya
tiba-tiba bahasa Indonesia, dan mereka mengerti. Pernah juga kami ketemu dengan
seorang ibu-ibu, aku kira orang Malaysia, ternyata orang Medan. Banyak orang Medan
yang bekerja di Singapura.
Baiklah, saatnya makan. Karna
belum tahu jenis makanan yang enak, dan lagi ini adalah awal perjalanan, tidak
baik membuang duit untuk makan mahal di awal perjalanan, maka aku hanya memilih
makanan yang praktis tapi kenyang juga. Cukup 2.80 dollar, sudah dapat nasi,
lauk 1 macam bebas dan sayur 1 macam. Sedangkan minum masih ada stok dari
bandara. Untungnya sih aku pribadi, jika sedang dalam perjalanan seperti ini
tidak terlalu lapar, makan sekedarnya. Paling yang menarik buatku adalah saat
mencoba makanan khas daerah/negara yang kukunjungi itu saja. Klo untuk makan
pagi, siang atau malam hanya sekedarnya saja. Tidak dengan Lena. Aneh juga, dia
selalu lapar...:)
Selesai makan, kami cukup
berjalan kaki sambil menarik koper kami menuju Hostel. Saat kami berjalan,
disitulah aku baru melihat Kota Singapura. Bersih sekali! Bener-bener tidak ada
bungkus permenpun, semuanya bersih total. Sangat berbeda dengan kota tercinta
Jakarta. Dan jalananpun kosong, cukup ramai tapi tidak semrawut Jakarta. Saat
kami ingin menyebrangpun harus ada waktunya. Kami tinggal menekan tombol
menyebrang, maka kami diberikan waktu 60 detik untuk menyebrang. Dan takjubnya
lagi, semua mobil berhenti. Bisa dibayangkan jika diberlakukan disini, bakal
ada motor atau mobil yang tetap melaju walau sedang banyak orang menyebrang.
Benar-benar disiplin sekali warga Singapura ini.
Akhirnya kami tiba di Hostel.
Masuk kamar dan beres-beres sebentar. Satu ruang ada 6 tempat tidur bertingkat.
Dan kami sekamar bersama orang lain juga. Tapi ada loker disediakan untuk
barang bawaan kita, namun kita harus menyiapkan gembok untuk loker kita. Aku
paling gak tahan untuk tidak mandi. Maka akupun mandi keramas, dan barulah kami
siap-siap untuk memulai perjalanan kami menyusuri kota Singapura di malam hari.
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar