Kata orang kata hati itu tidak
pernah bohong. Terkadang Tuhan berbicara kepada kita melalui hati kita. Namun
seringkali kita mengingkari dan tidak mau mendengarkan kata hati kita. Dan
akupun menjadi salah satu dari sekian orang yang tidak mendengarkan kata hati.
Ini ada sebuah pelajaran berharga bagiku, betapa hal kecil sungguh sangat
berpengaruh. Aku berjanji, sekali ini aku tidak akan mengabaikan lagi ungkapan
si hati.
Setahun yang lalu aku datang ke
kota ini, Salatiga, kota yang selalu sejuk, sangat minim polusi. Aku tidak
pernah bosan untuk datang kesini. Mungkin bagi sebagian orang kota ini
membosankan, karna tidak ada FO (factory outlet) seperti di kota-kota besar
lainnya. Tapi memang bukan seperti itu yang selalu menarikku untuk kembali.
Entah magic apa yang membuatku untuk ingin selalu kembali, tapi tidak pernah
berharap untuk kembali ke Salatiga dengan kondisi seperti yg akan kuceritakan
berikut.
Ibu Sunarti, ibunda Ariz temanku
terkasih, dipanggil Tuhan pada hari Jumat lalu 31 Mei 2013. Terakhir kali aku
bertemu di bulan Juli 2012 yang lalu (baca blog minggu 15 juli 2012). Aku
berjanji saat itu untuk berdoa tiap hari untuknya dan kembali lagi menemui
beliau. Bulan Desember sudah dirancang-rancang untuk dapat kembali kesana
dengan waktu yang lebih panjang. Kebetulan tgl 29 Desember adalah ulang
tahunnya. Tapi tak dinyana, rencana itu harus bubar jalan. Evi berhalangan
tiba-tiba. Dan sayangnya aku tidak berani untuk melakukan perjalanan itu
sendiri, dimana itu juga jatuhnya saat Natal, saat-saat sibuk bagiku
sebenarnya. Dan akhirnya kami batalkan perjalanan bulan itu. Pada saat ulang
tahunnya, kakakku suruh aku telpon ucapin langsung selamat ulangtahun pada Ibu,
tapi entah kenapa aku malas sekali dan menunda-nunda saja.
Waktu berjalan terus tak terasa, masalah
lain datang dan pergi, setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing,
sehingga akhirnya tali silaturahmi itu sempat berjarak sejak pertemuan
terakhir. Tidak lama setelah itu, di awal 2013 kami masing-masing mendapatkan
handphone dan pulsa ditanggung kantor untuk mempercepat komunikasi. Sekali
waktu Ariz menelponku dan kita ngobrol lama, tapi tidak sekalipun aku minta
untuk bicara dengan Ibu. Beberapa kali dalam malam-malam yang lalu, aku ingin
menelpon dan bicara dengan Ibu, tapi tidak kesampaian terus. Entah hatiku yang
terlalu keras, atau memang aku sudah tidak peduli lagi oleh karna sudah
disulitkan oleh masalahku sendiri.
Hingga 2 minggu lalu aku
mendapatkan kabar kepulangan Ibu kepada Bapa di Surga. Kaget. Sedih. Merasa
bersalah. Semua campur aduk. Sesaat aku tidak bisa menghubungi Ariz. Tidak tahu
apa yang akan aku katakan. Aku sangat menyesal telah mengabaikan semua
sinyal-sinyal yang tidak secara langsung masuk dalam hatiku. Banyak
kata-kata,”Seharusnya...begini, seharusnya...begitu.” Aku hanya baru sms dan
dia sudah membalasnya. Tapi aku belum dapat keberanian untuk menelponnya. Dan
akhirnya aku diberikan kesempatan untuk menelponnya hari Minggu sore. Tiba-tiba
tak terkatakan sedihnya hatiku, aku minta maaf sama dia beribu-ribu kali,”Setiap
hari aku selalu ingat Ibu, slalu berdoa untuk Ibu, tapi aku selalu
menunda-nunda untuk berbicara dengannya, walau hati ingin, padahal telponpun
gratis. Maafkan aku...aku sangat merasa bersalah dan menyesal.” Ariz hanya
bilang,”Tidak apa2, Ibu tahu kok segala rencanamu, semua pesan-pesanmu slalu
kusampaikan. Aku cerita tentang dirimu padanya. Ibu sangat berterima kasih pada
mu.” Aku tambah sedih mendengar ceritanya. Namun sore itu aku lega sekali sudah
meminta maaf padanya, dan aku bilang,”Kalau ada kesempatan lagi ya Riz, aku
pasti akan kesana, doakan saja.” Dia jawab,”Pasti Tuhan akan berikan kesempatan
untukmu bisa kesini lagi, tenang aja.”
Selebihnya aku menyemangati dia,
aku mengerti perasaannya saat ini karna bagiku bukan perasaan baru kehilangan
seseorang. Aku sering kehilangan orang yang kusayangi, dan aku sangat mengerti
rasanya. Hari Senin pagi, aku berpikir tidak merasa terbeban lagi, tapi kenapa
ya aku merasa hingga aku tiba disana dan meletakkan bunga di pusaranya barulah
aku tenang. Namun aku berpikir tidak mungkin aku pergi dalam waktu dekat gini.
Karna tidak ada budget dan rencana ke Salatiga tahun ini. Tapi akhirnya aku
utarakan keinginanku ini pada Evi dan aku mengajaknya. Tapi dia baru bisa tgl
21 Juni. Namun sayangnya semua harus gagal karna Echa temen kami di Salatiga
dimana kami akan menginap tidak bisa karna dia keluar kota. Dan Echa hanya
bilang tgl 6 Juni dia free. Sungguh pergolakan dalam bathin, karna justru tgl
segitu Evi tidak bisa. Saat aku beranikan untuk konsultasi pada kakakku, dia
lebih setuju jika aku pergi tgl 5 juni ini, karna tgl 6 juni tgl merah dan lagi
pas banget dengan acara 7 harian Ibu. Namun satu lagi kendalaku, naik apa?
Karna selain pas liburan sekolah, tiket melambung tinggi, tiket kereta
eksekutif aja habis, bisnis juga. Pesawat mahal. Temanku mengusulkan naik bis
saja. Tapi aku tidak berani naik bis sendirian, dan lama sekali waktunya.
Aku ingat sekali hari Selasa pagi
aku berdoa khusus untuk hal ini. Kiranya Tuhan membukakan jalan bagiku untuk
dapat tiket murah. Dan benar saja, bis tidak jadi karna saat ditelpon agennya
tidak diangkat. Akhirnya aku mendapatkan tiket kereta ekonomi ac untuk
perginya, dan pulangnya aku mendapatkan tiket pesawat pulang, murahnya dibawah
harga kereta eksekutif. Awalnya aku mencari tiket sore, tapi ternyata adanya
pagi-pagi jam 07.45. Dan untuk pesawat juga pagi-pagi jam 06.20.
Hari Rabu pagi aku bersiap-siap.
Keburukanku adalah jika aku pergi sendiri jadi lelet, adaaaaa aja yang aku
belum siapkan. Dan akhirnya aku ketinggalan kereta 1 menit. Saat aku tiba di
peron, kereta baru saja pergi. Sempat putus harapan dan mau ke kantor saja,
tapi aku ingat tiket pulang yang sudah dibooking, sayang banget. Dan lagi aku
ingat tujuan utama kenapa aku harus pergi. Mungkin orang lain menganggapku lebay,
tapi bagiku ini harus dilaksanakan, karna sudah didoakan dan apa yang terjadi
ini adalah karna kelalaianku. Dan aku mencoba pergi ke Gambir. Tujuan akhir
adalah tiket eksekutif. Paling mahalpun tidak apa pikirku, asal aku dapat tiba
di Semarang sore ini. Puji Tuhan, aku mendapatkan tiket Argo Anggrek jurusan
Surabaya, karna kereta Semarang sudah berangkat jam 8 tadi. Setelah aku
mendapatkan tiket Argo Anggrek ini aku langsung duduk di ruang tunggu depan
rel. Sungguh capek sekali badanku, pusing kepala terutama karna aku harus
merogoh gocek Rp. 360.000,- Tapi aku mengucap syukur, karna berkat sumbangan
temen-temen untuk aku bisa membelikan kue-kue buat acara Ariz, ada terkumpul
Rp. 300.000,-an dan aku bisa beli tiket. Anehnya walau duitku sudah habis kok
aku santai saja perasaanku, tidak takut, tidak kuatir...hahaha.
Akhirnya keretaku berangkat ke
Semarang. Ini adalah pengalaman pertamaku pergi seorang diri. Walau tidak
begitu jauh jaraknya, tapi tak urung ada rasa kuatir juga, namun aku serahkan
padaNya, aku percaya Tuhan menjaga setiap langkahku. Untungnya keretaku tidak
begitu penuh, yg pasti sebelahku kosong sampai Semarang, jadi aku bisa santai
tidur-tiduran, fesbukan, telpon2 temen dll. Puji Tuhan, aku dijemput oleh temenku
Wawan di Stasiun Tawang pakai motor. Jadi ini juga menjadi pengalaman pertamaku
naik motor bersama temenku dari Semarang ke Salatiga. Wah...sangat menakjubkan,
tak pernah terpikirkan bahwa aku akan menginjak kota ini lagi. Tahun ini tidak
pernah ada rencana untuk datang ke kota ini, tapi akhirnya toh aku memang harus
kesini. Kunikmati setiap perjalanan, pemandangan, rupanya sudah ada Cimory buka
cabang di tengah-tengah perjalanan ke Salatiga.
Aku tiba di Salatiga sudah jam
21.00an, karna perjalanan yg macet dikarenakan ada perbaikan jalan. Tiba di
rumah Echa kita tidak kemana-mana, langsung disuguhi teh manis hangat, habis
itu mandi dan tidur. Keesokan paginya, 6 Juni 2013 kami bangun jam 06.00, dan
hanya sikat gigi dan cuci muka, kami pergi ke pasar untuk sarapan soto seperti
biasa di tempat langganan. Habis itu kami jalan-jalan dengan motor ke alun-alun
pancasila, aku melihat ada jualan susu segar murni, kita mampir dan minum susu
sambil lesehan disitu. Rame sekali orang, mungkin karna tgl merah. Susunya
benar-benar panas, ditambah milo sedap sekali, dan ditambah dengan udara pagi
yang sejuk, mantap benar. Aku sungguh menikmatinya. Karna kami janjian untuk
datang ke rumah Ariz jam 15.00 supaya bisa mengikuti ibadah penghiburan jam
18.30, maka kami gunakan waktu yg ada untuk mencari oleh-oleh sedikit. Kami
kembali pulang pas jam makan siang. Tidak lama kami tiba, hujanpun turun.
Aku sempat kuatir, karna hari
sebelumnya, hujan turun awet sampai malam. Aku berdoa terus agar hujan segera
berhenti, karna kalau sampai batal ziarah karna hujan, sia-sia saja
perjuanganku untuk tiba di kota ini. Jam 14.52 hujan berhenti. Wah, puji
Tuhan..doaku didengar, buru-buru kami mandi dan siap-siap. Kami pergi ke pasar
untuk membeli bunga dulu. Aku beli bermacam-macam bunga, ada sedap malam, bunga
matahari, bunga dahlia, bunga mawar putih dan merah. Rata-rata sih warna putih.
Sudah segitu banyaknya ternyata hanya menghabiskan kocek Rp. 35.000,- Padahal
mawar aku ambil banyak. Wah, sungguh murah beli bunga disini. Lain kali aku mau
beli lebih banyak lagi.
Tibalah kami di rumah Ariz.
Awalnya aku bertemu dengan bapaknya. Ntah kenapa tidak bisa berbicara apa-apa
selain salam saja. Kebetulan Ariz sedang didalam, tidak lama diapun keluar, dia
menatapku begitu rupa. Tidak tahu apa yang ada di pikirannya, sepertinya
mungkin dia berpikir tidak percaya klo aku bisa datang beneran ke rumahnya. Dia
hanya menatapku diam, dan aku saat menatapnya hanya mengingat ibunya. Tapi saat
itu perasaanku sudah biasa lagi, tidak sedih, sudah ketawa-ketawa sebelumnya.
Lalu kamipun berangkat ke makam. Bapaknya, adiknya, dia, aku, echa dan wawan
pergi beriringan dengan motor.
Perjalanan ke makam sungguh
mistis menurutku. Karna masuk ke dalam hutan, terkesan serem buatku. Tidak
beraturan makamnya, dan rata-rata nisannya malah mirip prasasti. Dan kami harus
menuruni tangga ke bawah lagi. Kebetulan dia yang berada didepanku, dia
mengingatkanku untuk berhati-hati karna licin. Ngeri juga rasanya, aku sudah
bawa bunga banyak, jalanan baru hujan sungguh lucu klo sampe tergelincir.
Untungnya dia langsung menawari tangannya untuk menuntunku supaya tidak jatuh.
Tiba di makam, ada perasaan haru
biru yang tiba-tiba menghinggapiku saat itu. Saat aku menyusun bunga-bunga itu,
air mataku mulai bertetesan. Tidak ada kata-kata yang terucap selain,”Ibu,
maafkan aku ya..” Ariz memperhatikanku dan akhirnya membantuku untuk menyusun
bunga-bunganya. Sedangkan yang lainnya sibuk ngobrol di belakang. Hanya kami
berdua yang menyusun bunga-bunga itu. Lalu saat maksudku mau ajak foto
semuanya, eh bapaknya malah berdoa pake bahasa Jawa. Saat itu gerimis masih
turun, tapi karna kami berada dalam hutan, maka gerimis yang jatuh itu tertahan
oleh pohon-pohon yang rindang diatas kami. Karna aku tidak mengerti doanya, aku
hanya berjongkok dan memandangi salib makam ibu, dan saat itu rasa bersalahku
memuncak. Aku sungguh-sungguh merasa menyesal saat itu, semuanya flashback,
semuanya berulang dan betapa banyaknya aku sudah melewati momen-momen penting.
Dan seketika semuanya diam. Mungkin mereka baru menyadari bahwa aku bukan hanya
sekedar nyekar. Mereka baru sadar bahwa ada yang sedih ditempat ini. Dan
setelah aku puas melepaskan semuanya, barulah aku melihat Ariz berdiri
didekatku hanya menatap terus ke makam ibunya. Saat aku panggil, dia sampai gak
dengar, dan aku harus menggamitnya, karna aku melihat matanya sudah mulai
berkaca-kaca lagi. Dan akhirnya kami berfoto berempat. Memang bukan suatu hal
yang wajar ditempat itu, tapi biarlah aku ingin foto aja.
Sehabis dari makam kami diminta
kerumahnya. Sementara echa dan wawan mau ke rumah mbaknya yg tidak jauh dari
situ, maka aku ditinggal sendiri di rumah ariz. Kata echa,”Kan katanya tadi
kangen mau ngobrol sama Ariz.” Ariz hanya diam menatapku. Setiba dirumah, kami
ngobrol berdua saja. Dan dia bilang klo dia senang aku datang, tapi dia maunya
aku tuh datang nanti-nanti saja setelah lewat acara-acara 40harian begitu.
Karna klo datang seperti sekarang dia bilang tidak bisa menemaniku.”Kalau kamu
datang setelah acara-acara ini selesai kan kita bisa punya waktu 1-2 hari untuk
ngobrol, rileks ya jalan kemana lha. Klo sekarang aku kasian sama kamu, karna
kamu pasti capek banget, kemarin tiba dan besok harus pulang lagi. Aku kasian
sama kamu.” Aku jelaskan saja bahwa tujuanku memang hanya untuk nyekar di makam
ibu. Jadi aku sudah siap menanggung resikonya. Dia hanya terdiam saja mendengar
aku menjelaskan. Dia sampaikan klo dia sudah ikhlas saat ibu dimakamkan. Tapi
aku tahu perasaannya akan datang dan pergi. Sekali waktu dia akan ikhlas,
sekali waktu dia tidak terima. Butuh waktu untuk bisa menerimanya. Dan dia
sangat menyesal sekali saat-saat terakhir ibunya dia pergi ke kantor. Dan saat
dia tiba dirumah lagi setelah izin setengah hari, sudah banyak orang dirumahnya
dan tahulah dia bahwa ibunya sudah pergi. Sungguh perih sekali perasaannya
pasti.
Malamnya kami ibadah penghiburan.
Untunglah memakai bahasa indonesia untuk khotbah dan lagunya. Kami, terutama
aku sangat menikmati segalanya, walaupun aku lupa bawa jaket padahal
ditempatnya itu dingin sekali klo malam. Habis ibadah diberikan teh manis panas
dan sekotak kue, sedapnya. Habis itu makan soto lagi. Sebelum ibadah sudah
disuguhi soto, segar banget dan rasanya tuh enak banget. Beda dengan soto di
jakarta. Sebelum pulang kami diberikan sekotak makan lagi, isi nasi, lalap dan
ayam goreng. Nasinya ngajak berantem. Banyak banget, bener-bener banget.
Wah..bener-bener deh.
Akhirnya kami berpisah malam itu.
Dan aku puas, sepuas-puasnya bahwa apa yang menjadi hutangku sudah terlunasi. Mungkin
ini adalah jalan bagiku untuk kembali dekat dengannya lagi. Memang ada hal yang
kusesali, tapi aku tidak mau menyesali lagi, biarlah ini menjadi pelajaran
bagiku. Dan aku tidak ingin terulang untuk kesekian kalinya. Kali ini aku akan lebih
cermat dan mendengarkan kata hatiku.
Terima kasih Tuhan untuk
pertemuan ini. Kami percaya pertemuan kami ini adalah karena doa. Dan biarlah
Engkau pertemukan kami kembali di waktu yang lebih berbahagia lagi. Amin.
Walaupun berduka, masih sempat cerita tentang soto. Mungkin soto itu yang menjadi penarik utama untuk selalu teringat Salatiga. Ikut berduka buat Aris. Oh ya, terima kasih telah memasang backlink blogku.
BalasHapusHahaha...sepertinya begitu pak, soto itu selalu membuatku ingin kembali ke Salatiga..:)
BalasHapusBtw sukses di tempat baru ya...klo dapet sponsor gratis lagi ke Israel, bagi buatku ya...hehehe.